Tiga pesilat Perisi Diri meraih medali emas pada nomor wiralaga (pertarungan bebas) di arena Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII di Samarinda, Kalimantan Timur yang berakhir Kamis (17/7). Para pesilat itu adalah Tuti Trisnayanti di kelas B Putri (50 – 55 kg), I Wayan Sudarmawan di Kelas I Putra (85 – 90 kg) – keduanya PD Bali; dan Mulyono di kelas F (70 – 75 kg).
Momon Ageng, ofisial silat kontingen Jawa Timur yang juga dari PD, menuturkan selain ketiga pesilat yang mengharumkan nama PD di kancah PON itu, masih ada beberapa pesilat PD lain yang meraih medali perak maupun perunggu.
“Saya melihat beberapa pesilat PD yang mewakili beberapa daerah. Ada pesilat putri dari Sumatera Barat yang mendapat perunggu, ada juga pesilat putra dari Yogya yang juga menyabet perunggu. Dari DKI Jakarta ada Putranto di kelas I yang meraih perunggu,” kata Momon.
Kontingen Bali sendiri diperkuat oleh empat pesilat PD. Tiga orang menyumbangkan dua medali emas dan satu perunggu (Supaniti). Sementara kontingen Jawa Timur juga diperkuat empat pesilat PD yaitu Mulyono (emas), Andi Supiyantoro (perak), Trias Rudi (perunggu), dan Rudi Susanto.
Momon menjelaskan, persaingan di nomor laga sangat ketat. Kemampuan pesilat nyaris merata. Kelemahan utama para pesilat lebih pada kurang mampu menerapkan strategi di lapangan. “Kapan mengubah strategi, kapan menendang dan memukul; itu yang sering tidak dikuasai pesilat,” ujar Momon.
Teknik Pendeta
Khusus pesilat Mulyono yang turun di kelas F, Momon menuturkan, pesilat Jatim ini mengandalkan teknik pendeta sebagai “killing punch”. “Saya yakin lawan-lawannya mengalami sesak nafas. Dada mereka menjadi sasaran empuk pendeta kanan Mulyono,” kata Momon, sang ofisial dan juga pelatih tim silat Jatim.
Mulyono adalah juara dunia kelas F putra pada Invitasi Internasional Silat PD tahun 2005 di Yogyakarta . Kala itu di final ia menghadapi pesilat Australia Simon Barnes. Pesilat Jatim ini memiliki naluri membaca gerakan lawan. Kapan dia maju melancarkan pendeta, seolah sudah tanpa dipikir dulu. Mulyono secara reflek akan mengempaskan pendeta kanannya secara telak ketika lawan melancarkan tendangan.
“Bisa dikatakan ini merupakan papasan pendeta. Dia cerdik,” kata Momon.
Teknik Kilat
Di sisi lain Momon mengamati ada perkembangan baru dalam pertandingan laga. Teknik “kilat” milik PD mulai dikembangkan oleh perguruan lain. “ Para pesilat mereka mampu meraih poin pada saat-saat terdesak dengan melancarkan tendangan dengan teknik kilat itu,” katanya.
Selain teknik kilat yang mulai berkembang, teknik supit udang juga makin menjadi andalan para pesilat. Supit udang itu bisa dilancarkan untuk menjatuhkan lawan hingga tertelentang maupun menengkurapkan lawan karena kuncian pada dua kakinya.
0 komentar:
Posting Komentar